Terorisme di Indonesia menjadi bahasan utama di televisi akhir-akhir ini, masyarakat awam seperti saya ikut disuguhi Pers Conference "si anu Teroris paling berbahaya se-Indonesia, si eta Teroris paling berbahaya se-Asia Tenggara, si itu Teroris paling berbahaya se-Dunia dan untuk selanjutnya mungkin akan muncul paling berbahaya .. paling berbahaya yang lain.
Padahal kalau kita renungkan kosa kata 'paling' jangan terlalu sering diulang, jika terlalu sering diulang kata paling akan berkurang gregetnya. Mungkin si pemakai kata "paling berbahaya" kurang puas dan kurang bombastis jika hanya memakai kosa kata "bahaya".
Coba anda pikirkan seandainya kita berkata pada pasangan kita "kamu wanita yang paling saya cintai di muka bumi ini" kata itu menyentuh kalbu dan sangat berarti jika diungkapkan hanya satu kali dan untuk satu perempuan, cobalah ulang kata itu untuk 2-3 perempuan, dijamin ungkapan tersebut menjadi kurang berarti.
Selain mabok dengan kata 'paling berbahaya' kosa kata lainnya yang rajin diumbar adalah Targetnya Kantor ini ... targetnya Bandara itu Targetnya Pos anu di tempat terpencil dan lain-lain seakan-akan sudah bisa diendus dan diprediksi. Membuat rakyat bodoh seperti saya bertambah takut dan ketakutan. Karena saya bodoh dan kurang mengerti mari kita kutip beberapa tulisan orang yang lebih berkompeten menilai apakah kata-kata bombastis diatas hanya shock theraphy agar mendapat dukungan dari rakyat yang ketakutan ataukah memang kenyataannya seperti itu.
Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri telah mengistruksikan jajarannya terutama yang bertugas di daerah terpencil untuk waspada terhadap serangan teroris.
Kuat dugaan, fasilitas aparat keamanan di wilayah terpencil akan menjadi target utama serangan kelompok teroris, termasuk pos jaga militer, menyusul peristiwa penembakan tiga polisi di Mapolsek Hamparan Perak, Sumatera Utara pada Rabu 22 September lalu.
Pengamat intelijen Dynno Cressbon membenarkan polisi kini menjadi salah satu terget serangan teroris. Terutama mereka yang bertugas di daerah-daerah terpencil. Namun dia membantah bahwa prajurit TNI juga masuk dalam daftar serangan teroris.
Dynno beralasan, teroris belum mengkategorikan prajurit TNI dalam kelompok Thoghut. Yaitu penguasa zalim yang mengubah hukum-hukum Allah. “Belum pernah ada satu kasus pun mereka (teroris) menyerang TNI,” ungkapnya kepada okezone di Jakarta, Sabtu (25/9/2010).
Dynno menduga thoghut dalam perspektif para teroris Indonesia adalah polisi, kepala negara, dan kelompok-kelompok lain yang menghalangi kegiatan mereka dalam menegakkan syariat Islam. Dalam kaitan ini, prajurit TNI belum masuk dalam daftar mereka.
Sekedar mengingatkan, kelompok teroris diduga kuat berada di balik serangan Mapolsek Hamparan Perak yang menewaskan tiga polisi. Begitu pula dalam peristiwa tewasnya dua polisi di pos polisi Kentengrejo, Purworejo, Jawa Tengah, pada Sabtu 10 April 2010 lalu.
Source : news.okezone.com
Padahal kalau kita renungkan kosa kata 'paling' jangan terlalu sering diulang, jika terlalu sering diulang kata paling akan berkurang gregetnya. Mungkin si pemakai kata "paling berbahaya" kurang puas dan kurang bombastis jika hanya memakai kosa kata "bahaya".
Coba anda pikirkan seandainya kita berkata pada pasangan kita "kamu wanita yang paling saya cintai di muka bumi ini" kata itu menyentuh kalbu dan sangat berarti jika diungkapkan hanya satu kali dan untuk satu perempuan, cobalah ulang kata itu untuk 2-3 perempuan, dijamin ungkapan tersebut menjadi kurang berarti.
Selain mabok dengan kata 'paling berbahaya' kosa kata lainnya yang rajin diumbar adalah Targetnya Kantor ini ... targetnya Bandara itu Targetnya Pos anu di tempat terpencil dan lain-lain seakan-akan sudah bisa diendus dan diprediksi. Membuat rakyat bodoh seperti saya bertambah takut dan ketakutan. Karena saya bodoh dan kurang mengerti mari kita kutip beberapa tulisan orang yang lebih berkompeten menilai apakah kata-kata bombastis diatas hanya shock theraphy agar mendapat dukungan dari rakyat yang ketakutan ataukah memang kenyataannya seperti itu.
Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri telah mengistruksikan jajarannya terutama yang bertugas di daerah terpencil untuk waspada terhadap serangan teroris.
Kuat dugaan, fasilitas aparat keamanan di wilayah terpencil akan menjadi target utama serangan kelompok teroris, termasuk pos jaga militer, menyusul peristiwa penembakan tiga polisi di Mapolsek Hamparan Perak, Sumatera Utara pada Rabu 22 September lalu.
Pengamat intelijen Dynno Cressbon membenarkan polisi kini menjadi salah satu terget serangan teroris. Terutama mereka yang bertugas di daerah-daerah terpencil. Namun dia membantah bahwa prajurit TNI juga masuk dalam daftar serangan teroris.
Dynno beralasan, teroris belum mengkategorikan prajurit TNI dalam kelompok Thoghut. Yaitu penguasa zalim yang mengubah hukum-hukum Allah. “Belum pernah ada satu kasus pun mereka (teroris) menyerang TNI,” ungkapnya kepada okezone di Jakarta, Sabtu (25/9/2010).
Dynno menduga thoghut dalam perspektif para teroris Indonesia adalah polisi, kepala negara, dan kelompok-kelompok lain yang menghalangi kegiatan mereka dalam menegakkan syariat Islam. Dalam kaitan ini, prajurit TNI belum masuk dalam daftar mereka.
Sekedar mengingatkan, kelompok teroris diduga kuat berada di balik serangan Mapolsek Hamparan Perak yang menewaskan tiga polisi. Begitu pula dalam peristiwa tewasnya dua polisi di pos polisi Kentengrejo, Purworejo, Jawa Tengah, pada Sabtu 10 April 2010 lalu.
Source : news.okezone.com
0 Komentar:
Post a Comment
Silahkan Komentar Nye-Pam terpaksa saya Hapus.