Setelah tenang baberapa waktu, Indonesia kembali digemparkan dengan munculnya fenomena teroris yang terjadi di Medan. Kali ini yang menjadi sasaran adalah aparat keamanan. Meski kematian tiga personel polisi di markas Polsek Hamparan Perak, Deli Serdang, Sumatera Utara.
Muncul di benak kita pertanyaan, benarkah aksi kekerasan yang terjadi ini disebut didasari oleh keyakinan agama khususnya terkait jihad. Sudah sering Islam menjadi korban istilah terorisme baik itu di dalam negeri maupun di tingkat internasional.
Ambil contoh, peristiwa 11 September 2001 di Amerika Serikat yang katanya dilakukan oleh milisi Alqaeda. Hal ini pulalah yang menjadi dalih AS menyerang Irak dan Afghanistan serta membantai ribuan warga sipil yang tak berdosa.
Dari sisi korban saja, kita dapat menyaksikan bahwa perang yang dikobarkan AS di Irak dan Afghanistan puluhan bahkan ratusan kali lebih besar dari korban peristiwa 11 September. Apakah ini yang disebut aksi balas dendam atau ada tujuan terselubung lainnya ?
Dan kini di Indonesia sebagai negara yang berpenduduk muslim terbesar di dunia pun tak luput dari istilah terorisme yang dilakukan oleh jaringan teroris yang juga beragama Islam. Jika hal ini terus berlanjut maka citra Islam akan terus tercoreng.
Kelompok pembela Islam dan organisasi keislaman lainnya jelas-jelas menolak wacana teroris di Indonesia dipicu oleh Islam. Islam tidak mengajarkan umatnya untuk berbuat kejahatan dan membabi buta. Dalam etika perang saja Islam sangat ketat dan melarang membunuh warga sipil serta yang tidak terlibat dalam peperangan.
Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri (BHD) malah mengatakan bahwa jaringan teroris di Indonesia akan mengundang para gerilyawan mujahidin Iraq dan Afghanistan yang terlatih berperang kota untuk ''berjihad'' di Indonesia. ''Mereka sudah melakukan kontak (dengan pihak asing).
Itu pengakuan mereka. Strategi yang digunakan persis di wilayah-wilayah Iraq, Afghanistan, dan Pakistan. Yakni, gerilya di perkotaan. Benarkah klaim Kapolri ini??? Kita berhadap semoga hal ini tidak terjadi dan negara kita tetap aman.
Source : indonesian.irib.ir
Muncul di benak kita pertanyaan, benarkah aksi kekerasan yang terjadi ini disebut didasari oleh keyakinan agama khususnya terkait jihad. Sudah sering Islam menjadi korban istilah terorisme baik itu di dalam negeri maupun di tingkat internasional.
Ambil contoh, peristiwa 11 September 2001 di Amerika Serikat yang katanya dilakukan oleh milisi Alqaeda. Hal ini pulalah yang menjadi dalih AS menyerang Irak dan Afghanistan serta membantai ribuan warga sipil yang tak berdosa.
Dari sisi korban saja, kita dapat menyaksikan bahwa perang yang dikobarkan AS di Irak dan Afghanistan puluhan bahkan ratusan kali lebih besar dari korban peristiwa 11 September. Apakah ini yang disebut aksi balas dendam atau ada tujuan terselubung lainnya ?
Dan kini di Indonesia sebagai negara yang berpenduduk muslim terbesar di dunia pun tak luput dari istilah terorisme yang dilakukan oleh jaringan teroris yang juga beragama Islam. Jika hal ini terus berlanjut maka citra Islam akan terus tercoreng.
Kelompok pembela Islam dan organisasi keislaman lainnya jelas-jelas menolak wacana teroris di Indonesia dipicu oleh Islam. Islam tidak mengajarkan umatnya untuk berbuat kejahatan dan membabi buta. Dalam etika perang saja Islam sangat ketat dan melarang membunuh warga sipil serta yang tidak terlibat dalam peperangan.
Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri (BHD) malah mengatakan bahwa jaringan teroris di Indonesia akan mengundang para gerilyawan mujahidin Iraq dan Afghanistan yang terlatih berperang kota untuk ''berjihad'' di Indonesia. ''Mereka sudah melakukan kontak (dengan pihak asing).
Itu pengakuan mereka. Strategi yang digunakan persis di wilayah-wilayah Iraq, Afghanistan, dan Pakistan. Yakni, gerilya di perkotaan. Benarkah klaim Kapolri ini??? Kita berhadap semoga hal ini tidak terjadi dan negara kita tetap aman.
Source : indonesian.irib.ir
0 Komentar:
Post a Comment
Silahkan Komentar Nye-Pam terpaksa saya Hapus.