Sebuah Novel berjudul Negeri 5 Menara setebal 432 halaman ini, tulisan yang mengedepankan tema sentral mengangkat pentingnya memiliki impian menjadi senjata cukup ampuh di novel inspiratif penggugah selera para penggila buku.
Angkat topi dengan sepenuh hati hasil kerja keras A. Fuadi dalam membangkitkan keberanian bermimpi, yang meskipun bermimpi itu gratis, tapi tidak semua orang mau bermimpi.
Membaca novel ini mengingatkan saya kepada satu karya fenomenal dari Andrea Hirata yaitu Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi, keduanya sama sama bagus, Kedua novel juga mengusung tema mengenai impian masa kecil, yang akhirnya benar-benar terwujud setelah dewasa. Perbedaan yang mencolok dari kedua novel tersebut menurut saya adalah bahwa Laskar Pelangi penggunaan bahasanya tidak sehalus Negeri 5 Menara.
Berbeda dengan Negeri 5 Menara, karena penulisnya adalah seorang jurnalis, maka bahasa yang digunakan sangat halus dan tertata dengan apik. Namun demikian baik Laskar Pelangi maupun Negeri 5 Menara sama-sama enak dibaca dan membuat saya dipaksa untuk terus menelusuri setiap lembaran novel yang tebal ini.
Membaca Negeri 5 Menara juga mengingatkan saya pada novel karangan Buya Hamka, kedua penulis memiliki bahasa yang apik dan halus. Kalau menurut saya Negeri 5 Impian ini boleh lah disejajarkan dengan tulisan Buya Hamka, dalam beberapa poin Negeri 5 Menara bahkan lebih bagus di mata saya.
Angkat topi dengan sepenuh hati hasil kerja keras A. Fuadi dalam membangkitkan keberanian bermimpi, yang meskipun bermimpi itu gratis, tapi tidak semua orang mau bermimpi.
Membaca novel ini mengingatkan saya kepada satu karya fenomenal dari Andrea Hirata yaitu Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi, keduanya sama sama bagus, Kedua novel juga mengusung tema mengenai impian masa kecil, yang akhirnya benar-benar terwujud setelah dewasa. Perbedaan yang mencolok dari kedua novel tersebut menurut saya adalah bahwa Laskar Pelangi penggunaan bahasanya tidak sehalus Negeri 5 Menara.
Berbeda dengan Negeri 5 Menara, karena penulisnya adalah seorang jurnalis, maka bahasa yang digunakan sangat halus dan tertata dengan apik. Namun demikian baik Laskar Pelangi maupun Negeri 5 Menara sama-sama enak dibaca dan membuat saya dipaksa untuk terus menelusuri setiap lembaran novel yang tebal ini.
Membaca Negeri 5 Menara juga mengingatkan saya pada novel karangan Buya Hamka, kedua penulis memiliki bahasa yang apik dan halus. Kalau menurut saya Negeri 5 Impian ini boleh lah disejajarkan dengan tulisan Buya Hamka, dalam beberapa poin Negeri 5 Menara bahkan lebih bagus di mata saya.
2 Komentar:
wahhh..mau cari ah bukunya...
Like the inspiring reality story...I really like that...
Post a Comment
Silahkan Komentar Nye-Pam terpaksa saya Hapus.