"Silahkan orang di seluruh muka bumi ini membenci, mencurigai, menjelek-jelekkan, mendiskreditkan atau bahkan meninggalkan Islam.
Pengaruhilah dunia sehingga tidak seorangpun memeluk Islam.
Hasilnya Islam ya tetap Islam.
Islam tidak akan berubah seinci pun karena disalahpahami.
Islam tidak menjadi lebih tinggi karena dicintai,
dan juga tak menjadi lebih rendah karena dibenci.
Silahkan orang curigation terus kepada Islam, silahkan menyelewengkan,
silahkan memfitnah, silahkan memanipulasi.
Islam tidak mungkin berubah. Laa raiba fiih, tak ada keraguan padanya.
Kalau orang ragu, itu urusan dia-lah. Islam tak rugi. Islam bebas dari untung rugi.
Manusia sudah tiba di milenium ketiga yang mahacerdas.
Mereka menentukan untung ruginya sendiri tanpa bisa menentukan nasib islam.
Islam tak pernah tertawa karena dinikahi dan tak akan menangis karena dicerai.
Islam tak punya kepentingan terhadap manusia, manusialah yang berkepentingan terhadapnya."
Ribut-ribut soal Film 17 berdurasi menit yang dibuat '
Hal ini membuat saya kangen dengan seseorang, alangkah menarik kalau kyai Kentir satu ini saya wawancarai.
Ia anti norma, kurang tahu adat, tidak punya sopan santun dan anggah-ungguh. Wajahnya sangat kacau, meski istrinya cantik jelita. Tidak pernah memakai sandal, Kencing di sembarang tempat, untung air kencingnya langsung sirna dari tanah dan udara.
Ia tahu persis berapa banyak duit di kantung kita, suka menirukan apa yang kita pikirkan. Selalu muncul dimana-mana bak Naruto dengan jurus 'seribu bayangannya' yang tengah mendemontrasikan kesanggupannya, bebas dari jarak, ruang dan rentang waktu.
Senang menyanyi dan tertawa tanpa sebab.
Suka menggoda orang, bahkan meneror mental, meskipun alhamdulillah masyarakat sekitarnya memiliki pola kearifan tertentu untuk memaafkannya dengan cara menganggapnya 'gila'.
Dengan naik bis saya menuju ke rumahnya. Tapi baru saja sebelah kaki saya naik bis antar kota, puncratan ludah menyongsong wajah saya. Gila ! Benar-benar 'Pendekar seribu bayangan', tahu-tahu dia sudah ada di depan saya.
"Mau wawancara, ya ?. sapanya sambil cekikikan, tawa yang sama sekali tak cocok dengan nada dan gaya bicaranya.
"Ya, Kyai." jawab saya, "Soal Film Fitna, apa pendapat kyai?"
Dia lebih cekikikan lagi, membikin semua penumpang di bis menoleh tak mengerti. "Kok tumben tanya soal pendapat ? Sejak kapan orang disini boleh berpendapat ?"
"Ini soal luar negeri yang mengganggu 'stabilitas' dalam negeri kyai, tidak apa-apa kita berpendapat".
"Mendadak kamu dan kawan-kawanmu menjadi 'empu' soal kemerdekaan berpendapat, ya ?
Soal fakta di kampungmu sendiri, kamu diam terus.
Soal imajinasi orang planet kamu riuh rendah 'memamerkan kearifan'.
"Terserah apa pendapat kyai tentang kami. Tapi soal film fitna itu bagaimana ?"
"Yang bikin film itu
"Itu sanepa Kyai ? Metafor ?" saya memotong.
'Tidak. Itu benar-benar. Memang begitu hasil penglihatan mata batin saya. Mata batin itu faktual, beda dengan imajinasi, juga beda dengan khayal ..."
"Tapi sama subyektifnya, Kyai," saya memotong lagi.
"Subyektif itu sah, dijamin undang-undang. Tapi kata-kata saya tentang Wilders itu obyektif.
"Itu ngawur Kyai!" Saya memprotes, "dan lagi tidak sopan!"
"Silahkan kalau sampeyan mau menyensor pendapat saya, kalau masih meyakini bahwa selama ada kebebasan pendapat 'sensor itu perlu'.
Bahkan kamu boleh berpendapat bahwa saya itu pantas dibungkam, tetapi harap tahu, bahwa kata-kata saya tidak bakalan mampu kamu sirnakan.
Tapi media saya tidak bisa memuat hasil wawancara yang demikian, Kyai, itu tidak etis, SARA, melanggar tata krama, mengancam toleransi, dan menghina privacy orang lain !"
Untung, segera saya ingat bahwa ia Kyai kentir.
Segera saya belokkan pembicaraan. "Bagaimana membandingkan Film Fitna dengan Ayat-ayat setan, Gatoloco, Darmogandhul atau 'Langit Makin mendung'?"
Sambil kencing di pojok bis, Beliau menjawab.
Gatoloco itu dagelan orang prustasi. Anggap saja ia gila. Ayat-ayat setan itu tulisan seorang inferior di bidang seks, makanya ia jadi bandar buntut-an. Istrinya ia jual sebagai pelacur digermoinya sendiri. Setiap lelaki dipersilahkan menyetubuhinya, asal wanita itu tetap menjadi milik Salman ..."
Kalau 'Langit Makin Mendung' itu tidak salah apa-apa, kecuali kalau cerita itu diungkapkan seperti halnya
Saya betul-betul pusing. "UU ITE terbaru sekarang tidak mungkin memuat kata Zakar, Kyai! Pasti kena sensor, blog saya di blokir atau malah saya harus bayar denda 1 Milyar. Kyai tahu khan ... tempat tinggal saya tidak jelas, mandi dimana tidak jelas, kerja gak jelas bahkan untuk makan minum saja 'ndak tentu'.
"Lho, kan tidak menyinggung siapa-siapa. Tema
"Kyai," kata saya dengan nada yang lebih bersungguh-sungguh, "bicaralah agak serius. Kasus ini menyangkut kepercayaan, iman, akidah, dan perasaan manusia.
Oke ... saya setuju jika kebebasan berpendapat dan berbicara itu penting, tapi harus dikombinasikan dengan penghormatan atas Agama dan keberagaman Ras.
Kyai boleh kencing seenaknya, tetapi hendaklah kita mengontrol lidah kalau berbicara tentang agama. Agama kita cintai sama dengan cinta kita dengan istri dan anak. Saya sungguh-sungguh tidak akan bisa memuat wawancara ini Kyai, ngomong dengan seenaknya seperti ini ... "
"Soal Film Fitna ini," suara keras beliau mengagetkan saya." makin menunjukkan bahwa dunia makin tidak beritikad baik terhadap Islam. Iklim ini juga menaburi banyak kaum muslimin sendiri.
Tak apa, itu bukan urusan Islam. Islam itu Islam. Islam tetap Islam, tak pernah bergeser sedikitpun dari kebenarannya.
Silahkan orang di seluruh muka bumi ini membenci, mencurigai, menjelek-jelekkan, mendiskreditkan atau bahkan meninggalkan Islam.
Pengaruhilah dunia sehingga tidak seorangpun memeluk Islam.
Hasilnya Islam ya tetap Islam. Islam tidak akan berubah seinci pun karena disalahpahami.
Islam tidak menjadi lebih tinggi karena dicintai, dan juga tak menjadi lebih rendah karena dibenci.
Silahkan orang curigation terus kepada Islam, silahkan menyelewengkan, silahkan memfitnah, silahkan memanipulasi.
Islam tidak mungkin berubah. Laa raiba fiih, tak ada keraguan padanya.
Kalau orang ragu, itu urusan dia-lah. Islam tak rugi. Islam bebas dari untung rugi.
Manusia sudah tiba di milenium ketiga yang mahacerdas.
Mereka menentukan untung ruginya sendiri tanpa bisa menentukan nasib islam.
Islam tak pernah tertawa karena dinikahi dan tak akan menangis karena dicerai.
Islam tak punya kepentingan terhadap manusia, manusialah yang berkepentingan terhadapnya.
posted by Blogger Bukan Hacker
3 Komentar:
Keren! Pendapat kyai kentir tentang film fitnah itu menurutku sangat bijaksana!
nice words. Yg bilang klo islam tetap islam. Tidak menjadi lebih tinggi karena dicintai, dan tidak menjadi lebih rendah karena dibenci. Dan seterusnya, dan seterusnya.
It's truly beautiful, and true.
keren postingannya, ditunggu posting berikutnya
Post a Comment
Silahkan Komentar Nye-Pam terpaksa saya Hapus.