Pembunuh ' Bandot ' mungkin Saja Para ' Bandit '



Share
Dengan senjata rantai kalung tak sukar aku mengatasi keempat bandot yang menggenggam pedang ini. Dalam waktu tidak 'sepeminuman kopi', kalau aku mau bisa kubereskan mereka. Tapi aku bukan pembunuh : maka mereka sekadar kudesak mundur. Tapi kemudian, tatkala mereka lenyap ke sebuah remang gang, aku dihadang oleh beberapa lelaki lain. Seorang membawa busur dan puluhan anak panah, lainnya memegang pisau berkilat.

Aku tahu persis siapa lelaki yang berada di depan itu. Ia bekas anggota Prajurit Khusus yang dilatih langsung oleh Sang Maha Patih Gajah Mada. Tentu saja ia luar biasa. Namun tak sempat aku berpikir. Sebuah anak panah terlontar dan menancap di paha kiriku, kemudian sebuah lagi ... dan sebuah lagi dan seterusnya .... sampai aku ambruk, dan akhirnya ketika nyawa memisahkanku dari tubuhku aku hitung tusukan dan tancapan luka itu tak kurang dari 18 buah. Ini kehormatan luar biasa bagiku, karena dengan satu anak panah saja sebetulnya aku sudah mampus.

Darah mengenang, meresapi bumi. Aku duduk di udara menyaksikan onggokan tubuhku yang sengsara. Hanya terdengar suara sunyi dan bisikan orang-orang di sekitar yang menutup pintu rapat-rapat.

Sementara para pembunuhku melepaskan keringat dan rasa tegangnya sambil cekikikan tertawa. Dan ketika tengah malam menjelang, sebuah pedati kerajaan mendekat, tubuhku dilempar ke atasnya, dibawa ke suatu tempat, digeletakkan sampai esok paginya, beribu semut mengerumuninya dan siang harinya dikuburkan di kampungku oleh beratus sinar mata yang penuh tanda tanya.

Masyarakat Kota gempar, dan beberapa hari kemudian seluruh rakyat wilayah kerajaan mendengarnya dan memperbincangkannya tak henti-henti.
Hari-hari berikutnya memuat berita lanjutan kematian badot demi bandot --- manusia paling buruk di mata rakyat maupun kerajaan.

Keempat bandot yang berkelahi denganku itu ternyata umpan. Dan mereka tidak termasuk bandot macam aku dan sekian lain yang terdaftar untuk dilenyapkan atas perintah Kepala Keprajuritan Wilayah Kerajaan.

Banyak rakyat bersuka ria : mampuslah kalian, manusia-manusia binatang yang hanya untuk 'sekeping nafsu' dulu ... kalian rela tak kenal malu ! Modarlah kamu para penjahat curan-tog, curan-hay, curan-mor .. sampe curan-mex (kalo curan-dal sudah ketinggalan jaman di milenium ke-3 ini), pencopet, para perampok, penodong, maling, penyiksa hati rakyat!
Tapi beberapa orang berkata dingin : Para perampok sebenarnya mungkin bersembunyi di balik kelambu, Jadi apa sebetulnya batasan Bandot ?

Coba lihatlah kembali, yang didaftar hanya bandot-bandot tertentu. Ranggalawe cukup hanya disingkirkan, tapi yang lebih rendah dari itu tidak ada resiko untuk tidak disikat habis sama sekali. Batasan, kategori Bandot telah dipersempit.

Dan besok pagi justru mungkin diperluas : siapapun yang dihitung bisa menjadi sumber keresahan rakyat bisa ditikam dari belakang, Cantrik perguruan persilatan bisa dibandotkan, pengamen, lelaki brengsek, anak jalanan, bapak jalanan, manusia ngeyel ... bisa dibandotkan.
Sebab persoalannya tidak pada bandot atau bukan bandot.

Tidak --- kata beberapa orang. Ini bukan jalan keluar, ini hanya hiburan kecil untuk beberapa saat. Dalam susunan keadaan masyarakat seperti yang begini. Bandot-bandot akan tetap dilahirkan, dan pelenyapan bandot-bandot ini bisa jadi pelajaran bagus untuk ilmu perbandotan selanjutnya.Suatu hari kebijaksanaan itu malah bisa menjadi bumerang.

Memang ini suatu lingkaran setan --- sahut beberapa kelompok yang lain, tapi sebaiknya kerajaan memakai cara yang sehat untuk mengatasinya. Sebab 'buntut' keadaan biasanya panjang.

Aku sendiri tidak pernah berkata apa-apa. Sesekali kujenguk rumah keluargaku yang menangis panjang. Di saat lain aku bertengger di genteng rumah keluarga bandot-bandot yang wafat, mendengarkan lontaran-lontaran penyesalan dan dendam yang tumbuh subur secara diam-diam.

Pada suatu malam, aku menyaksikan Gajah Mada kaget dan tertegun mendengar tindakan bawahannya itu. Kuamati baik-baik air mukanya : banyak hal kusyukuri, banyak hal kusesali.
Namun semakin aku mencoba menangkap dari wajahnya yang makin menua itu, aku hanya sanggup menemukan suatu kesadaran kecil.

"Bahwa manusia sebenarnya tidak terlampau sederhana ... yang membunuh para Bandot mungkin saja para ' Bandit '. "

sorce : EAN 11 Juni Jombang

7 Komentar:

KLIK UNTUK MENAMPILKAN SEMUA KOMENTAR


deFranco said...

Wah kalo bandot dan bandit bunuh2an dan semua tewas, ya bakal gak seru lagi dunia...masa cuma di isi orang baik2 aja...hehehehe

Cipto Adhi Setiawan said...

ntr abis semua... ntr kasihan nyamuk... gak ada yg bisa digigit? he...he...
www.masenchipz.com

Unknown said...

Duuuh.... aku tuh gak pernah ngerti tulisan kamu saaay.... Hiks ! lagi FLU nih... need your hug to warm my soul n my body !

plague doctor said...

bandot bandot kamu kok jadi seperti itu sih....

kau temenan sama sapa c?

Indah said...

sebelum jadi bandit....bandot-bandot itu dah insyaf deh....bandot itu kambing bkn ya?

Blogger Terpanas said...

apa mungkin karena si bandot adalah nenek moyangnya bandit ? jadi "permainan" nya lebih canggih

edhitok said...

hikhikhii.....ga paham lho apa yang dimaksudkan.

Post a Comment

Silahkan Komentar Nye-Pam terpaksa saya Hapus.

Blogging Tip Blogs - Blog Catalog Blog Directory My Zimbio My Ping in TotalPing.com ping.sg - the community meta blog for singapore bloggers
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...