Download Buku Bukan Testimoni Susno baik yang berbentuk pdf atau doc Gratisan yang memuat penggalan isi buku bukan testimoni susno ataupun Sinopsis Buku Bukan Testimoni Susno
Buku yang dicetak empat puluh ribu eksemplar ini, sepertinya akan laris manis dan banyak dicari orang di pasaran.
Buku Bukan Testimoni Susno yang ditulis oleh Izharry Agusjaya Moenzir, yang beberapa waktu yang lalu resmi diluncurkan di toko buku Gramedia lantai 3 Plaza Ekalokasari Bogor Kamis (25/2) siang. Selain penulisnya, tokoh utama yang ditulis dalam buku tersebut yakni Komjen Pol Susno Duadji beberapa kali membuat gerah pihak kepolisian.
Diawali dengan kehadirannya di Sidang Antasari Azhar saat itu langkah kontroversial Susno sebagai saksi meringankan dalam persidangan terdakwa Antasari Azhar. Kelakuan Susno seringkali kontroversi. Dalam kasus Bibit-Chandra, publik terlanjur menduga dan memiliki persepsi “keterlibatan Polri.”
Dalam kondisi ini pastilah semua jajaran Polri diharapkan diam seribu bahasa. Irit bicara. Jika ingin berbicara harus terpola dan melalui satu pintu saja. Dalam kondisi Polri tiarap dan sensitif ini justru Susno “nyelonong disiang bolong,” muncul di persidangan Antasari.Berpakaian dinas lengkap. Gegerlah Indonesia. Mabes Polri seakan diguncang Tsunami. Ternyata ini bukan puncak kontroversi Susno Duadji.
Mungkin memang seorang Susno pegang kartu truf Polri sehingga beberapa tindakannya sempat membuat pro dan kontra tapi hilang ditelan angin. Seperti saat Susno datang ke Sidang Antasari Azhar sepertinya pihak kepolisian lebih memilih tidak menekan Susno Duadji.
Ternyata saat ini publik kembali digegerkan dengan ungkapan Susno Duadji yang menyatakan Markus masih berkeliaran di tubuh Polri. Tidak tanggung-tanggung Mantan Kepala Badan Reserse dan Kriminal Polri, Komisaris Jenderal Susno Duadji menyebutkan beberapa nama pejabat polri yang diduga menjadi markus beberapa Perwira Tinggi disebut inisialnya.
"Inisial kan sudah ada nama jenderalnya," kata Susno saat jumpa pers di Jakarta, Kamis 18 Maret 2010. Untuk markus yang berada di Mabes Polri, Susno menyebutkan beberapa inisial. "Brigjen EI, yang kemudian digantikan Brigjen RE, KBP E, dan Kompol A," kata dia.
Buku yang dicetak empat puluh ribu eksemplar ini, sepertinya akan laris manis dan banyak dicari orang di pasaran.
Buku Bukan Testimoni Susno yang ditulis oleh Izharry Agusjaya Moenzir, yang beberapa waktu yang lalu resmi diluncurkan di toko buku Gramedia lantai 3 Plaza Ekalokasari Bogor Kamis (25/2) siang. Selain penulisnya, tokoh utama yang ditulis dalam buku tersebut yakni Komjen Pol Susno Duadji beberapa kali membuat gerah pihak kepolisian.
Diawali dengan kehadirannya di Sidang Antasari Azhar saat itu langkah kontroversial Susno sebagai saksi meringankan dalam persidangan terdakwa Antasari Azhar. Kelakuan Susno seringkali kontroversi. Dalam kasus Bibit-Chandra, publik terlanjur menduga dan memiliki persepsi “keterlibatan Polri.”
Dalam kondisi ini pastilah semua jajaran Polri diharapkan diam seribu bahasa. Irit bicara. Jika ingin berbicara harus terpola dan melalui satu pintu saja. Dalam kondisi Polri tiarap dan sensitif ini justru Susno “nyelonong disiang bolong,” muncul di persidangan Antasari.Berpakaian dinas lengkap. Gegerlah Indonesia. Mabes Polri seakan diguncang Tsunami. Ternyata ini bukan puncak kontroversi Susno Duadji.
Mungkin memang seorang Susno pegang kartu truf Polri sehingga beberapa tindakannya sempat membuat pro dan kontra tapi hilang ditelan angin. Seperti saat Susno datang ke Sidang Antasari Azhar sepertinya pihak kepolisian lebih memilih tidak menekan Susno Duadji.
Ternyata saat ini publik kembali digegerkan dengan ungkapan Susno Duadji yang menyatakan Markus masih berkeliaran di tubuh Polri. Tidak tanggung-tanggung Mantan Kepala Badan Reserse dan Kriminal Polri, Komisaris Jenderal Susno Duadji menyebutkan beberapa nama pejabat polri yang diduga menjadi markus beberapa Perwira Tinggi disebut inisialnya.
"Inisial kan sudah ada nama jenderalnya," kata Susno saat jumpa pers di Jakarta, Kamis 18 Maret 2010. Untuk markus yang berada di Mabes Polri, Susno menyebutkan beberapa inisial. "Brigjen EI, yang kemudian digantikan Brigjen RE, KBP E, dan Kompol A," kata dia.
Susno Duadji Heran, Kepala Polri BerbohongMantan Kabareskrim Komjen Susno Duadji meyakini, buku Bukan Testimoni Susno (BTS) karya Izharry Agusjaya Moenzir berdampak baik untuk Polri. Perilaku buruk sejumlah pimpinan tinggi di Markas Besar Polri tidak akan ditiru para polisi di bawahnya.
Hal ini justru akan menyadarkan pimpinan dan anggota Polri yang selama ini berbuat buruk menjadi insyaf. Susno menyatakan hal tersebut saat acara bedah buku BTS di Toko Buku Gramedia di Plasa Ekalosari di Sukasari, Bogor Timur, Kota Bogor, Kamis (25/2/2010) sore. Buku terbitan PT Gramedia Pustaka Utama tersebut antara lain menelanjangi sejumlah jenderal di Polri yang berperilaku tidak terhormat dan tidak terpuji.
Susno berpendapat, buku ini tidak akan membuat makin banyak polisi melakukan pelanggaran karena mereka merasa mendapat pembenaran akibat perilaku buruk para pimpinannya di Markas Besar Polri. “(Buku) Ini harusnya membuat… selama ini sudah melanggar akan insyaf,” katanya.
Izharry pada bukunya itu dengan gamblang mengungkap penuturan Susno antara lain tentang lima kebohongan yang dilakukan Kepala Polri Jenderal (Pol) Bambang Hendarso Danuri di depan Rapat Dengar Pendapat Komisi III DPR-RI.
“Heran saya, kok dia berani berbohong di depan DPR RI yang merupakan representasi 250 juta jiwa penduduk Indonesia,” kata Susno seraya geleng kepala, sebagaimana dikutip Izharry pada bukunya.
Lima kebohongan Kapolri itu adalah tentang pengunduran diri Susno sebagai Kepala Bareskim, janji dan pernyataan Bambang Hendarso Danuri akan mundur dari jabatannya sebagai Kepala Polri kalau kasus Bibit dan Chandara tidak sampai ke pengadilan, menyangkut nama Nurcholish Majid, serta soal mantan Menteri Kehutanan MS Kaban.
Di buku ini juga dipaparkan mengenai kebodohan atau sikap koruptif pimpinan Polri dalam membuat rencana penggunaan anggaran Polri. Demikian juga dengan ketidakkonsistenan para pimpinan Polri dalam menerapkan kebijakan atau aturan di tubuh Polri dan anggotanya.
Diungkap pula ada satu orang yang bukan anggota Polri mempunyai ruang kerja tersendiri dan mampu mengatur jajaran pimpinan Polri. Izharry dalam bukunya tidak menyebut nama satu orang tersebut, tetapi mengatakan bahwa kalangan pers dan masyarakat luas sudah tahu siapa dan mengenai hal itu.
Susno sendiri hanya tertawa ketika diminta memastikan nama satu orang tersebut. “Janganlah menanyakan hal yang kita semua sudah tahu karena itu hanya buang-buang energi,” katanya.
Namun, Susno tidak membatah, orang tersebut dapat memiliki kekuasaan demikian karena punya banyak uang. “Barangkali kalau saya juga mendapat uang dari dia, saya diam juga,” katanya bergurau.
Jenderal bintang tiga yang kini mengaku makan gaji buta karena dibiarkan luntang-lantung oleh para petinggi Polri merasa optimistis bahwa reformasi di tubuh Polri dapat berjalan asalkan dimulai dari pimpinan tertinggi.
“Para pimpinan Polri harus mereformasi diri sebagaimana keinginan publik sebab Polri milik rakyat Indonesia, bukan milik lima orang jenderal di Polri,” katanya.
(KOMPAS.COM)
0 Komentar:
Post a Comment
Silahkan Komentar Nye-Pam terpaksa saya Hapus.