Jika Anak Bertanya Seks ? Terus terang, saya sempat ragu saat mau menulis ini, Pertama, karena sebagian besar masyarakat di Indonesia masih mengganggap bahwa seks adalah sesuatu yang alamiah, karena itu tidak perlu dipelajari dan diajarkan setiap orang dianggap sudah pasti tahu.
Kedua, kita juga melihat fakta bahwa pada umumnya masyarakat kita masih menganggap seks sebagai sesuatu yang tabu. Jangan dibicarakan dengan anak-anak, antara suami istri pun seks umumnya tidak pernah menjadi bahan pembicaraan. "Seks itu dilakukan bukan dibicarakan". Begitu yang biasanya diungkapkan pasutri.
Ketiga, ada pula fakta bahwa kebanyakan masyarakat kita masih menganggap anak-anak masih merupakan manusia aseksual, karena itu mengaitkan seks dengan anak-anak dinilai mengada-ada.
Keempat, kitapun menemui kenyataan bahwa pada umumnya masyarakat kita jika mendengar kata 'seks' langsung mengaitkan dengan hubungan intim. Padahal seks dalam pengertian seksualitas mengandung makna yang sangat luas, itu sebabnya seks untuk anak-anak hingga kini masih menjadi sebuah cita-cita di kalangan seksolog, yang pada milenium ketiga inipun masih tetap tidak mudah untuk diwujudkan.
Disamping keempat diatas, kita pun melihat bahwa sebagai orangtua kita tidak mungkin berpura-pura tidak melihat perubahan yang sangat pesat pada dunia anak-anak. Sehingga pilihannya adalah mendampingi dan membekali mereka dengan pengetahuan yang benar atau membiarkan mereka mendapatkan pengetahuan dengan cara mereka sendiri yang belum tentu benar.
Sebagai warga masyarakat, kita juga tidak mungkin membendung arus informasi, merupakan hak setiap warga dan bangsa. Informasi merupakan bagian dari hak azasi manusia. Begitu pula dalam soal seksualitas, kita dan anak-anak mempunyai hak untuk mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya supaya bisa memilih yang benar.
Hasil Wawancara : Eny Barokah (Psikolog Anak)
Kedua, kita juga melihat fakta bahwa pada umumnya masyarakat kita masih menganggap seks sebagai sesuatu yang tabu. Jangan dibicarakan dengan anak-anak, antara suami istri pun seks umumnya tidak pernah menjadi bahan pembicaraan. "Seks itu dilakukan bukan dibicarakan". Begitu yang biasanya diungkapkan pasutri.
Ketiga, ada pula fakta bahwa kebanyakan masyarakat kita masih menganggap anak-anak masih merupakan manusia aseksual, karena itu mengaitkan seks dengan anak-anak dinilai mengada-ada.
Keempat, kitapun menemui kenyataan bahwa pada umumnya masyarakat kita jika mendengar kata 'seks' langsung mengaitkan dengan hubungan intim. Padahal seks dalam pengertian seksualitas mengandung makna yang sangat luas, itu sebabnya seks untuk anak-anak hingga kini masih menjadi sebuah cita-cita di kalangan seksolog, yang pada milenium ketiga inipun masih tetap tidak mudah untuk diwujudkan.
Disamping keempat diatas, kita pun melihat bahwa sebagai orangtua kita tidak mungkin berpura-pura tidak melihat perubahan yang sangat pesat pada dunia anak-anak. Sehingga pilihannya adalah mendampingi dan membekali mereka dengan pengetahuan yang benar atau membiarkan mereka mendapatkan pengetahuan dengan cara mereka sendiri yang belum tentu benar.
Sebagai warga masyarakat, kita juga tidak mungkin membendung arus informasi, merupakan hak setiap warga dan bangsa. Informasi merupakan bagian dari hak azasi manusia. Begitu pula dalam soal seksualitas, kita dan anak-anak mempunyai hak untuk mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya supaya bisa memilih yang benar.
Hasil Wawancara : Eny Barokah (Psikolog Anak)
5 Komentar:
balajar lebih banyak dari berbagai sumber ini salah satunya
kalo saya bilang sih, leih baik dikasih pengertian bahwa umur mereka belum cukup, dan kita harus janji akan menjelaskan kalo umur mereka sdh cukup *sok bijaksana banget sih guwhe...*
Jawab aja Bapak Lagi sibuk..hehehe
jelaskan sebatas logika tangkap mereka.
aku anak-anak mas tozie mau diajari sex hhahahha
ga tau mau komen apa karena sang master nembak keyword terus nih
Post a Comment
Silahkan Komentar Nye-Pam terpaksa saya Hapus.