Barack Obama punya senjata rahasia ? Ada ... senjata Rahasia Barrack Obama adalah Maya Soetoro.
Sepanjang sejarah pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS), baru sekarang nama Indonesia sangat kerap disebut oleh media massa setempat.
Selasa (5/2), nama Indonesia disebut lagi secara luas setelah Barack Obama menang dalam pemungutan suara pemilih Partai Demokrat di Indonesia, kaukus suara di luar negeri yang sekarang menjadi salah satu yang amat menarik untuk diberitakan.
Barack Obama-lah, calon Presiden AS dari Partai Demokrat, yang membuat Indonesia tiba-tiba begitu dekat dengan AS.
Keterikatan Obama dan Indonesia bahkan lebih pekat dari yang diperkirakan setelah pemberitaan mengenai peran dan identitas adik perempuannya yang berdarah Jawa, Indonesia, Maya Soetoro Ng, semakin luas.
Sebelumnya, orang Indonesia lebih mengenal Obama hanya sebagai seorang AS yang menghabiskan sebagian masa kecilnya di Indonesia. Kini, pengetahuan itu bertambah dengan kepopuleran Maya Soetoro.
Ayah kandung Obama yang bernama Barack Hussein Obama adalah seorang Afrika berkewargnegaraan Kenya, sedangkan ayah kandung Maya adalah Lolo Soetoro, pria Jawa Timur tulen. Baik ayah kandung maupun ayah tiri Obama menganut keyakinan Islam.
Obama dan Maya beribu sama, seorang perempuan kulit putih bernama Stanley Ann Dunham.
Selama ini orang AS mengenal Michelle Obama istri Obama, sebagai orang kuat di balik kampanye kecalonpresidenan dan karir politik Obama.
Tapi, setelah kampanye itu memasuki babak terpanasnya, orang AS mulai ingin mengenal lebih dekat sosok Obama, terutama keluarganya.
"...(selain Michelle) ada dua lagi senjata rahasia Barack Obama, yakni kakak perempuannya Auma Obama dan adik perempuannya Maya Soetoro Ng," tulis Amy Argetsinger dan Roxanne Roberts dari Washington Post (22/1).
Kedua wartawati The Post itu menyebutkan, aset politik terbesar Obama adalah tradisi multikultur yang ada dalam keluarganya. Tradisi itu dikembangkan oleh para perempuan di sekitar Obama, mulai ibunya sampai Maya Soetoro.
Begitu besarnya peran perempuan terhadap Obama tercermin dari perangai dan sikapnya yang lembut. Hampir semua orang terdekatnya adalah perempuan. Lima perempuan menjadi kekuatan inti pribadi Barack Obama, yaitu Michelle, ibundanya yang almarhum, sang nenek, Maya, dan Auma.
Keluarga Obama yang unik, karena berkomposisi ras warna-warni, sungguh menarik perhatian banyak orang di AS.
Auma adalah asli keturunan Kenya. Ibunda Auma adalah istri pertama dari Barack Obama Sr. Sedangkan, Maya, membawa darah campuran Asia (Jawa, Indonesia).
Saudara-saudara Obama yang lain hidup tenteram di Iowa, New Hampshire, dan jauh dari publikasi media, sehingga menyembunyikan keunikan keluarga Obama yang sesungguhnya merangsang apresiasi publik AS itu.
Meski berbeda ayah, mereka selalu berdekatan dan berkomunikasi sangat rekat, khususnya hubungan antara Maya dengan Obama.
Sampai sekarang Maya yang tumbuh besar bersama Obama di Indonesia dan Hawaii tetap mengenang masa kecil yang indah bersama sang abang. Berjam-jam ngobrol di telepon, menjadi tempat berkeluhkesah tatkala dibelit frustasi dan dirundung bingung, atau sebagai pelindung yang kadang terkesan protektif.
"Dia membantuku menentukan pilihan," kata Maya kepada Chicago Sun Times edisi 9 September 2007.
Maya yang sering dikira orang Latin atau hispanik itu sekarang telah menjadi istri pria Kanada keturunan Cina, Konrad Ng. Mereka dikarunia anak perempuan berusia 3 tahun bernama Suhaila.
Maya memeroleh gelar PhD dari Universitas Hawaii, dan sekarang mengajar pada sebuah sekolah di Honolulu, sedangkan suaminya adalah PhD ilmu politik yang aktif dalam kampanye kepresidenan Obama.
"Apakah anda akan berkampanye untuk kakak anda?" tanya wartawati New York Times, Deborah Solomon, dalam satu wawancara dengam Maya pada 20 Januari 2008.
Maya menjawab antusiastis, "Ya."
"Di bemper mobil ku ada stiker bertuliskan, `1-20-09. End of an Error` (Akhir bagi Kekeliruan)," kata Maya.
Kombinasi angka 1-20-09 merujuk pada waktu pelaksanaan pemungutan suara untuk pemilihan Presiden AS pada 20 Januari 2009, sedangkan maksud kalimat "akhir dari kekeliruan" adalah bahwa kemenangan si abang menjadi Presiden AS akan mengakhiri kekeliruan bangsa AS, karena telah memilih rezim yang salah.
Bersama para selebritis top, seperti Robert de Niro dan Oprah Winfrey, Maya kini aktif berkampanye bagi pencalonan Obama sebagai kandidat Presiden AS dari Partai Demokrat dan presiden kulit hitam pertama AS.
"Kukira hal terpenting yang bisa kulakukan sekarang adalah membagi alasan dengan orang-orang mengapa saya tergerak mendukung kampanye presidensial Obama, bahkan jika dia bukan abang ku," kata Maya.
Kepada New York Times, Maya menerangkan nilai-nilai moral dan kemanusiaan yang bersemayam dalam keluarganya, terutama setelah ditanam oleh sang ibu. Nilai-nilai keluarga ini pula yang merasuki pikiran, pandangan, dan prilaku Obama.
Maya menyebut ibunya sebagai seorang agnostik (masih mempertanyakan keberadaan Tuhan dan konsep Ketuhanan), tetapi sang ibu pula yang mengajarkan kebaikan-kebaikan ajaran spiritual.
"Mama kerap menghadiahi kami buku-buku bagus, Injil, Kitab Hindu Upanishad, Budhisme, dan Tao Te Ching. Beliau menginginkan kami meyakini bahwa setiap orang mempunyai sesuatu yang indah untuk disumbangkan kepada dunia," kata Maya.
"Anda tak menyebut-nyebut Al Quran? Anda khawatir kalau menyebut Islam akan mengundang kampanye hitam yang memburukkan citra politik kakak anda?" tanya Deborah.
Maya yang mengaku secara filosifis Budhis menjawab, ibunya tak mengajarkan banyak hal soal Al Quran, namun keluarga kerap membacanya, bahkan setiap pagi mereka mendengarkan lantunan ayat suci Al Quran selama di Indonesia.
Maya menolak kekhawatiran identitas keislaman yang menempel ketat pada keluarganya --terutama ayah kandung dan ayah tirinya-- akan mencederai citra Obama.
"Aku tidak menyangkal Islam. Aku kira sangatlah penting untuk diketahui bahwa kami memiliki pemahaman yang lebih baik tentang Islam. Tapi, akan sangat salah jika itu dihubung-hubungkan dengan abang ku karena ia berkeyakinan Kristen sejak 20 tahun lalu," kata Maya.
Maya mengungkapkan, pesan keberagaman, kebersamaan, cinta, dan sikap saling menghormati yang diajarkan ibunya kepada mereka telah membuat mereka tumbuh sebagai anak-anak yang menoleransi perbedaan dan bercita-cita demi toleransi itu.
Keluarga mereka, bahkan dinilai sangat melambangkan keragaman AS.
"Saya adalah wujud dari kebijakan luar negeri dan kekuatan Amerika. Jika nanti anda kabarkan pada orang-orang bahwa `Kita mempunyai presiden yang neneknya tinggal di satu gubuk di pinggir Danau Victoria dan mempunyai adik setengah Indonesia yang menikahi seorang Cina Kanada,` maka orang-orang akan menilai si presiden adalah orang yang akan lebih memahami apa yang dihadapi rakyat dan negerinya. Dan, mereka benar," kata Obama kepada New York Times edisi 4 November 2007.
Tak hanya soal keberpihakan pada kaum terpinggirkan, Obama juga menjadi salah seorang kandidat presiden yang lebih bisa menawarkan cara kreatif dalam pendekatan internasional AS yang lebih ramah dan dialogis.
Obama yang dikenal santun berperilaku dan berucap akan menjadi bekal dalam membangun dialog antar-bangsa yang lebih terbuka, berderajat, dan saling menoleransi.
Selama ini pendekatan internasional AS pimpinan Presiden George Bush yang agresif penuh retorika keras dan anti dialog telah membuat AS keliru untuk kemudian gagal membina hubungan baik dengan dunia.
Untuk alasan mengakhiri kekeliruan ini pula Maya Soetoro menyebut Obama sebagai yang tertepat untuk rakyat AS. Namun, banyak pihak tentunya berkomentar, "Kita lihat saja nanti." (*)
source : antara.co.id
Sepanjang sejarah pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS), baru sekarang nama Indonesia sangat kerap disebut oleh media massa setempat.
Selasa (5/2), nama Indonesia disebut lagi secara luas setelah Barack Obama menang dalam pemungutan suara pemilih Partai Demokrat di Indonesia, kaukus suara di luar negeri yang sekarang menjadi salah satu yang amat menarik untuk diberitakan.
Barack Obama-lah, calon Presiden AS dari Partai Demokrat, yang membuat Indonesia tiba-tiba begitu dekat dengan AS.
Keterikatan Obama dan Indonesia bahkan lebih pekat dari yang diperkirakan setelah pemberitaan mengenai peran dan identitas adik perempuannya yang berdarah Jawa, Indonesia, Maya Soetoro Ng, semakin luas.
Sebelumnya, orang Indonesia lebih mengenal Obama hanya sebagai seorang AS yang menghabiskan sebagian masa kecilnya di Indonesia. Kini, pengetahuan itu bertambah dengan kepopuleran Maya Soetoro.
Ayah kandung Obama yang bernama Barack Hussein Obama adalah seorang Afrika berkewargnegaraan Kenya, sedangkan ayah kandung Maya adalah Lolo Soetoro, pria Jawa Timur tulen. Baik ayah kandung maupun ayah tiri Obama menganut keyakinan Islam.
Obama dan Maya beribu sama, seorang perempuan kulit putih bernama Stanley Ann Dunham.
Selama ini orang AS mengenal Michelle Obama istri Obama, sebagai orang kuat di balik kampanye kecalonpresidenan dan karir politik Obama.
Tapi, setelah kampanye itu memasuki babak terpanasnya, orang AS mulai ingin mengenal lebih dekat sosok Obama, terutama keluarganya.
"...(selain Michelle) ada dua lagi senjata rahasia Barack Obama, yakni kakak perempuannya Auma Obama dan adik perempuannya Maya Soetoro Ng," tulis Amy Argetsinger dan Roxanne Roberts dari Washington Post (22/1).
Kedua wartawati The Post itu menyebutkan, aset politik terbesar Obama adalah tradisi multikultur yang ada dalam keluarganya. Tradisi itu dikembangkan oleh para perempuan di sekitar Obama, mulai ibunya sampai Maya Soetoro.
Begitu besarnya peran perempuan terhadap Obama tercermin dari perangai dan sikapnya yang lembut. Hampir semua orang terdekatnya adalah perempuan. Lima perempuan menjadi kekuatan inti pribadi Barack Obama, yaitu Michelle, ibundanya yang almarhum, sang nenek, Maya, dan Auma.
Keluarga Obama yang unik, karena berkomposisi ras warna-warni, sungguh menarik perhatian banyak orang di AS.
Auma adalah asli keturunan Kenya. Ibunda Auma adalah istri pertama dari Barack Obama Sr. Sedangkan, Maya, membawa darah campuran Asia (Jawa, Indonesia).
Saudara-saudara Obama yang lain hidup tenteram di Iowa, New Hampshire, dan jauh dari publikasi media, sehingga menyembunyikan keunikan keluarga Obama yang sesungguhnya merangsang apresiasi publik AS itu.
Meski berbeda ayah, mereka selalu berdekatan dan berkomunikasi sangat rekat, khususnya hubungan antara Maya dengan Obama.
Sampai sekarang Maya yang tumbuh besar bersama Obama di Indonesia dan Hawaii tetap mengenang masa kecil yang indah bersama sang abang. Berjam-jam ngobrol di telepon, menjadi tempat berkeluhkesah tatkala dibelit frustasi dan dirundung bingung, atau sebagai pelindung yang kadang terkesan protektif.
"Dia membantuku menentukan pilihan," kata Maya kepada Chicago Sun Times edisi 9 September 2007.
Maya yang sering dikira orang Latin atau hispanik itu sekarang telah menjadi istri pria Kanada keturunan Cina, Konrad Ng. Mereka dikarunia anak perempuan berusia 3 tahun bernama Suhaila.
Maya memeroleh gelar PhD dari Universitas Hawaii, dan sekarang mengajar pada sebuah sekolah di Honolulu, sedangkan suaminya adalah PhD ilmu politik yang aktif dalam kampanye kepresidenan Obama.
"Apakah anda akan berkampanye untuk kakak anda?" tanya wartawati New York Times, Deborah Solomon, dalam satu wawancara dengam Maya pada 20 Januari 2008.
Maya menjawab antusiastis, "Ya."
"Di bemper mobil ku ada stiker bertuliskan, `1-20-09. End of an Error` (Akhir bagi Kekeliruan)," kata Maya.
Kombinasi angka 1-20-09 merujuk pada waktu pelaksanaan pemungutan suara untuk pemilihan Presiden AS pada 20 Januari 2009, sedangkan maksud kalimat "akhir dari kekeliruan" adalah bahwa kemenangan si abang menjadi Presiden AS akan mengakhiri kekeliruan bangsa AS, karena telah memilih rezim yang salah.
Bersama para selebritis top, seperti Robert de Niro dan Oprah Winfrey, Maya kini aktif berkampanye bagi pencalonan Obama sebagai kandidat Presiden AS dari Partai Demokrat dan presiden kulit hitam pertama AS.
"Kukira hal terpenting yang bisa kulakukan sekarang adalah membagi alasan dengan orang-orang mengapa saya tergerak mendukung kampanye presidensial Obama, bahkan jika dia bukan abang ku," kata Maya.
Kepada New York Times, Maya menerangkan nilai-nilai moral dan kemanusiaan yang bersemayam dalam keluarganya, terutama setelah ditanam oleh sang ibu. Nilai-nilai keluarga ini pula yang merasuki pikiran, pandangan, dan prilaku Obama.
Maya menyebut ibunya sebagai seorang agnostik (masih mempertanyakan keberadaan Tuhan dan konsep Ketuhanan), tetapi sang ibu pula yang mengajarkan kebaikan-kebaikan ajaran spiritual.
"Mama kerap menghadiahi kami buku-buku bagus, Injil, Kitab Hindu Upanishad, Budhisme, dan Tao Te Ching. Beliau menginginkan kami meyakini bahwa setiap orang mempunyai sesuatu yang indah untuk disumbangkan kepada dunia," kata Maya.
"Anda tak menyebut-nyebut Al Quran? Anda khawatir kalau menyebut Islam akan mengundang kampanye hitam yang memburukkan citra politik kakak anda?" tanya Deborah.
Maya yang mengaku secara filosifis Budhis menjawab, ibunya tak mengajarkan banyak hal soal Al Quran, namun keluarga kerap membacanya, bahkan setiap pagi mereka mendengarkan lantunan ayat suci Al Quran selama di Indonesia.
Maya menolak kekhawatiran identitas keislaman yang menempel ketat pada keluarganya --terutama ayah kandung dan ayah tirinya-- akan mencederai citra Obama.
"Aku tidak menyangkal Islam. Aku kira sangatlah penting untuk diketahui bahwa kami memiliki pemahaman yang lebih baik tentang Islam. Tapi, akan sangat salah jika itu dihubung-hubungkan dengan abang ku karena ia berkeyakinan Kristen sejak 20 tahun lalu," kata Maya.
Maya mengungkapkan, pesan keberagaman, kebersamaan, cinta, dan sikap saling menghormati yang diajarkan ibunya kepada mereka telah membuat mereka tumbuh sebagai anak-anak yang menoleransi perbedaan dan bercita-cita demi toleransi itu.
Keluarga mereka, bahkan dinilai sangat melambangkan keragaman AS.
"Saya adalah wujud dari kebijakan luar negeri dan kekuatan Amerika. Jika nanti anda kabarkan pada orang-orang bahwa `Kita mempunyai presiden yang neneknya tinggal di satu gubuk di pinggir Danau Victoria dan mempunyai adik setengah Indonesia yang menikahi seorang Cina Kanada,` maka orang-orang akan menilai si presiden adalah orang yang akan lebih memahami apa yang dihadapi rakyat dan negerinya. Dan, mereka benar," kata Obama kepada New York Times edisi 4 November 2007.
Tak hanya soal keberpihakan pada kaum terpinggirkan, Obama juga menjadi salah seorang kandidat presiden yang lebih bisa menawarkan cara kreatif dalam pendekatan internasional AS yang lebih ramah dan dialogis.
Obama yang dikenal santun berperilaku dan berucap akan menjadi bekal dalam membangun dialog antar-bangsa yang lebih terbuka, berderajat, dan saling menoleransi.
Selama ini pendekatan internasional AS pimpinan Presiden George Bush yang agresif penuh retorika keras dan anti dialog telah membuat AS keliru untuk kemudian gagal membina hubungan baik dengan dunia.
Untuk alasan mengakhiri kekeliruan ini pula Maya Soetoro menyebut Obama sebagai yang tertepat untuk rakyat AS. Namun, banyak pihak tentunya berkomentar, "Kita lihat saja nanti." (*)
source : antara.co.id
2 Komentar:
gak nyangka si maya dekat juga dengan obama, tadinya saya mikir jangan-jangan si Obama somse... ama ade tirinya, Tau-taunya malah jadi juru kampanye, tetapi sebaiknya kita jangan terlalu gembira dengan menang-nya Obama, belum tentu dia juga memperhatikan kepentingan Indonesia. So we must more careful and pay attention for Barack Movement...
Waaah huebat juga si Maya, dah selingkuh sama pengusaha Bandung, cerai sama Ahmad Dani, eh ternyata sekarang ketahuan dia saudaranye Obama !!
CK CK CK :-/
Post a Comment
Silahkan Komentar Nye-Pam terpaksa saya Hapus.