Masih ingatkah dengan Tokoh LSM Garut yang satu ini ?
Beberapa tahun yang lalu beliau membuat geger priangan timur, terutama berhubungan dengan kerusuhan Tasikmayala.
Bersama beberapa orang rekannya menjadi target Inteligen Orba, Ada yang tertangkap dan divonis, hilang, ditangkap dan divonis beberapa tahun tapi tetap dianggap sebagai 'Pejuang Rakyat'
Seiring dengan jatuhnya kekuasaan Orba 'Pe-sakitan' berubah menjadi 'Pe-saktian'.
Agustiana yang akrab dipanggil 'Aang' Sekjen Serikat Petani Pasundan, dan Pendiri Yapemas adalah ahli 'penggerak massa' dan dapat menghadirkan ribuan massa baik rakyat biasa, mahasiswa, ataupun para petani khususnya di daerah Garut.
Kalau ada Calon Pimpinan, Deklalator Partai, ataupun Pejabat yang korupsi tapi butuh dukungan dengan menghubungi Tokoh satu ini Ribuan Rakyat pendukung, simpatisan partai, rakyat pemilih dapat dipesan.
Tozie kurang paham apakah 'rakyat' yang turun ke jalan itu murni berjuang demi rakyat ataukah karena rupiah.
Kejadian sebaliknya terjadi saat arogansi kediktatoran Agus Supriadi runtuh, Tokoh LSM ini menghilang dari peredaran sebagai 'Pemeran Utama' Agus Supriadi Center mau tidak mau beliau ikut 'ketiban pulung'.
Tozie bingung kenapa banyak 'Pejuang Rakyat' yang selamat akhirnya berubah haluan menjadi 'Pejuang Pejabat' dengan justifikasi 'Logika tanpa Logistik itu Anarkis' atau mereka berucap 'Buat apa mempertahankan Idealisme kalau makan sama rokok saja susah'.
Lidah kita sudah kelu, tinta hampir habis dan huruf keyboard buram saat membahas Pejabat yang Korupsi, PNS yang tidak 'efektif', ataupun LSM yang tidak Konsisten.
Raihan buah hatiku ... Tozie berpesan jika sudah besar nanti ingat !
Apakah Idealisme itu hanya untaian huruf yang disembah sujud atau cuma 'berhala khayalan' ??
Azas/idealisme adalah dasar pegangan kita, walau sampai 'lebur kiamat' terus menentukan sikap kita, Azas tidak boleh kita lepaskan dan kita buang, walaupun apa yang kita cita-citakan sudah tercapai. Idealisme adalah 'harga diri' yang harus kita jaga sampai mati.
Azas perjuangan menentukan hukum-hukum dari perjuangan, karakter, sifat dan wataknya,misalnya tidak kompromi dengan 'pejabat yang sikat uang rakyat', non koperasi, mathtsvorming, massa aksi. Tidak kompromi karena mengikis kapitalisme bangsa sendiri tidak akan tercapai jika kita bekerjasama dengan kaum 'sana'.
Taktik atau strategi adalah segala perbuatan apa saja yang perlu untuk memelihara perjuangan itu. Strategi akan selalu 'berinovasi', taktik kita jalankan, kita rubah, kita belokkan, kita putarkan menurut keperluan sehari-hari.
Taktik adalah bukan hukum-hukum yang tetap sebagai azas/idealisme perjuangan, boleh kita rubah saban waktu dan saban perlu, saban hari dan saban jam bahkan dalam sepersekian detik.
Berubahnya taktik seperti berubahnya buah-buah catur tiap-tiap keadaan harus kita jawab dengan taktik yang secocoknya.
Ini hari kita mementingkan kursus, esok hari kita mementingkan rapat umum, sekarang bikin 'kampanye pers', besok lusa 'diam seribu bahasa', Ini hari kita menyerang besok 'mengatur susunan'.
Azas/idealisme seakan-akan abadi tapi taktik tak tentu umur, bisa dijalankan sepuluh tahun, tetapi bisa juga dibuang dalam 10 menit!.
Jika ada yang mau dirubah dan dikorbankan bukan azas/idealisme tapi taktik dan strategi.
Jangan sampai melupakan sejarah belajar dari 'kasus Agustiana', jangan salah mengorbankan.
Strategi dan misi pagi ini Tozie ingin Kopi, dini hari berubah ingin punya 'istri lagi', tapi Visi/idealisme tozie genggam rapi sampai mati)
1 Komentar:
Sudah tau sepakterjang Serikat Petani Pasundan (SPP) buatan si Agustiana di daerah Garut, Tasikmalaya dan Ciamis? Salah satunya adalah mem-provokator-i masyarakat awam untuk merambah liar (MENJARAH)perkebunan dan hutan...bahkan hutan lindung! Gile bener.....
Post a Comment
Silahkan Komentar Nye-Pam terpaksa saya Hapus.