Tozie takut tidak cukup umur untuk menebus kesalahan dan dosa yang sudah sedimikian banyak di diri ini ... biarlah mereka yang masih merasa dirinya 'bersih', dan tidak pernah melakukan kebohongan yang ikut meramaikan Festival Bohong Nasional tersebut.
Pada hari terakhir Tozie mengajar, kebetulan membahas High Touch in High Tech.
Beberapa siswa tercinta-ku yang posisi sekolahnya diskotik (di sisi kota saeutik)
dan juga Amigos (agak minggir Got Sedikit) banyak yang kebingungan apa yang dimaksud High Touch (Sentuhan Tinggi).
Untuk High Tech (Teknologi Tinggi) mereka sudah sedikit lebih mengerti karena 90 % dari mereka sudah bawa HP 60 % siswa sudah bawa motor .. 80 % dirumahnya memiliki Kulkas, Mesin Cuci, Kompor Gas, Parabola, Astro, Dispenser, VCD/DVD, Televisi dan beberapa barang lainnya hasil dari produk teknologi tinggi.
Cuma belum satupun dari siswaku disana yang di rumahnya mempunyai koneksi Internet
Malah Bapak Guru TI nya yang sedang mengajar ini ... tidak bawa HP, cuci baju pake tangan, butuh air panas harus memasak dengan panci dan kompornya sumbu, tak ada TV apalagi VCD dan DVD. Tapi memaksakan belajar Online Internet minimal 12 jam sehari.
Hmmm .... High Touch ???
Makhluk apalagi ini ???
Baru malam kemarin Tozie temukan jawabannya .... tapi bukan buat mereka mantan siswa-siswi tercintaku. Jawaban ini tidak tersurat, tertulis ataupun terungkap ... tapi 'terasa'.
- Tatapan Raihan Anakku yang baru berusia 3 tahun yang tiba-tiba menoleh, menampakkan wajah segarnya yang manis kepada Tozie dan melepas senyuman yang menyembunyikan kepribadiannya yang 'keras'kepala' dan 'susah diatur'.
- Saat Tozie dan Raihan berebut untuk mengipasi Bakar Ikan memakai 'hihid' (B.Sunda 'kipas dari kayu yang dijalin'), padahal setelah ikannya matang kita sudah terlalu kenyang dengan kebahagiaan saat sama-sama membakarnya.
- Saat Tozie mengajari Raihan bahwa Ayahnya pergi bekerja dan meninggalkannya diasuh neneknya, adalah untuk 'menjemput rezeki' bukan 'mencari uang' sehingga saat Tozie pulang hanya membawa print out foto Tozie sedang O'on depan Kompie bareng dirinya, dia masih bisa tertawa dan berterimakasih dengan mata berbinar.
- Air mata bahagia Tozie yang menetes membasahi coretan-coretan buku kecil ini sebelum di tik, di samping Raihan yang sudah tertidur lelap dengan sesungging senyuman puas menghiasi bibir mungilnya.
Siapa tahu ... kita malah lebih tenang dan nyaman ?!
Karena kita tidak sibuk memikirkan bagaimana caranya
menjilat ke-atas, menyikut ke kiri dan ke kanan serta menginjak-injak ke bawah.
Tidak pusing menyiapkan strategi pengumpulan masa pendukung ... jika kita diajukan ke pengadilan karena dituduh korupsi.
Malah kita tidak perlu deg-deg an menghadapi PilKada, PilPres ataupun PilKabe karena takut kehilangan kekuasaan ...
karena kita adalah 'pemilih' bukan yang 'dipilih' (Coba kita pikir mana yang lebih bahagia dan bebas ber-ekspresi Obyek yang 'dipilih' atau pihak yang 'memilih')
Itulah tanda-tanda Maha Adilnya Tuhan.
Untuk Raihan Fairuz Najib My Suplement of Life
Maaf sampai saat ini Ayah tidak memaksakan diri
untuk punya HP dan di Rumah kita belum ada TV.
8 Komentar:
aduh, halah, ouooo, wo ow, bagemana kumaha tea ieu teh?
:(( ceritanya rameeeeee, menyentuh, menyundul, menyungging, hhhhmmmmmmmhhhh, mana lanjutannyaaaa??
duch kang nyentuh banget, ifat setuju tuch...jangan ukur kebahagiaan dengan materi...
photo Tozie tuh blkgnya bapak2 yang pake baju biru blur, nomor 3 dari kanan kalo dilihaat skrg, pas photo nomor 3 dari kiri..
bener-bener mengharu biru, membuat air mata menetes, sekarang aku juga bisa merasakan kebahagiaan sebagai seorang bapak kok bang, rasanya tidak bisa dilukiskan dengan kata2
cuma bisa :((
Abaaaang... Aku punya dua-duanya... Pilih yg mana ya? ;)
wahh... mengharukan... semoga setelah baca kisah ini bisa menjadi motivasi bagi saya untuk membahagiakan calon anak saya kelak...
Post a Comment
Silahkan Komentar Nye-Pam terpaksa saya Hapus.